Rabu, 08 Februari 2012

postheadericon Penghapusan Do(S)’a

Setiap orang pastilah menginginkan agar dosa-dosa yang pernah dilakukannya terhapus. Hampir dalam setiap agama terdapat ritual semacam ini, membayar uang penebusan, meditasi, beribadah dengan intens, dihukum, berdo’a dan lain macam sebagainya.
 
Ini membuktikan bahwa dosa merupakan barang wajib bagi setiap agama. Bahkan dalam munajat yang diucapkan (penganut agama) terdapat permohonan agar pemeluknya mendzalimi diri sendiri.


Saya pernah mengikuti upacara sidang jum’at (kebetulan waktu dan nama mesjidnya saya tidak ingat), di saat khotib akan selesai khutbah ke-II, dia memanjatkan do’a-do’a yang tentunya berbahasa arab. Setiap kali khotib bernafas, mustami’ pasti mengucapkan AMIEN…

Namun saya terkejut ketika mendapati do’a yang pernah dipanjatkan nabi Adam setelah dia berbuat dzalim. Mungkin semua orang juga tahu dengan do’a (kalau tidak salah tertulis dalam surat Al-baqarah) manusia pertama itu.
“Rabbana dzalamna anfusana…”      amien…
“wailan tagfirlana…”              amien…
“lanakunnana minal khasirin…”     amien…
     
Seperti itulah, setiap kali sang orator berhenti dan menghela nafas, maka komunikan menjawab amien. Apakah mereka (audience)sadar dengan pengucapan amien yang berlebih itu? Dan arti dari do’a suami Hawa itu? Kalau tidak salah artinya
“Tuhan kami, kami telah mendzalimi diri kami”   amien…
“dan jika engkau tidak mengampuni kami”         amien…
“pastilah kami termasuk orang yang rugi”        amien…
     
Ini seolah-olah ada keinginan agar semua orang yang mengikuti ritus jum’at mingguan ini menjadi pendosa. Dosa yang tidak ingin diampuni, sehingga para pendosanya pun menjadi orang yang merugi. Adakah hubungan antara do’a ini dengan yang menyebabkan ummat islam tersudut? Saya berharap tidak ada. Karena pengalaman saya itu hanya sekali-kalinya.
      
Ini jelas bukan salah do’a, tapi salah dari peserta sidang jum’at yang terlalu sering mengucapkan  amien. Mungkin ada baiknya untuk do’a yang satu ini mengucapkan amien hanya di akhirnya saja. Karena jika diucapkan setiap kali komunikator berhenti, maka tujuan dari do’anya juga akan lain.
     
Bila Adam bermaksud meminta pengampunan, ini malah memohon agar tidak diampuni. Mungkin akan lebih baik jika mustami’ jum’at mengetahui arti dari do’a-do’a yang dibacakan dan mengucapkan amien hanya di akhir do’a saja. wallahu a'lam...
Share

2 komentar:

Moch. Shaleh mengatakan...

saya sangat tertarik dengan cara anda menuliskan judul,, prediksi saya terhadap judul yang anda cantumkan "penghapusan do(s)'a", do(s)'a adalah do'a salah amiin,, dari situ saya dapat dengan mudah faham akan maksud anda menyampaikan pesan bahwa dalam berdo'a kita harus faham dengan arti dan maknanya, dengan begitu maka akan tujuan dan makna do'a yang disampaikan tidak salah,,
kedua, prediksi saya, maksud saya bukan hanya sekedar prediksi, yang saya ketahui.. walaupun kita ummat yang mengikuti ajaran dari pemimpinnya kita jangan hanya mengikuti apa yang telah lumrah (kumaha ti dituna) tetapi kita harus mengetahui arti, maksud dan tujuannya,,
nuhun..

wawan kuswana mengatakan...

tanks sblomnya bwat kawan bloger kita yang satu ini... bahasannya nyeleneh tapi justru karna ini mudah-mudahan akan membuat umat berfikir untuk kemanjuan islam.. dalam studi kasus yang anda kemukakan memang salah satunya menurut shaleh bahwa umat harus lebih cermat dan pintar untuk memahami setiap ibadah yang kita lakukan.
dalam perspektip saya umat memang perlu pencerahan klo saya melihat kebanyakan umat islam di skitar saya mau itu di pedesaan ataupun di perkotaan hanya menjalankan atau melakukan ritus ke agamaan hanya melakukan simbol saja tanpak memahami esensi dari simbol tersebut, jauh saya berfikir bahwa semakin di biarkannya hal ini saya khawatir umat cenderung akan salah dalam memahami simbolik isalam sehingga akan salah dalam beribadah. hatur nuhun ngahaja teu di jelaskeun pisan ameh aya nunya

About Me

Foto Saya
Fahmi Faneja
Fundamental, Sosialis, Sekuler dan Liberal....
Lihat profil lengkapku
FAHMI FANEJA. Diberdayakan oleh Blogger.

Pengikut