Rabu, 14 Desember 2011

postheadericon Rahasia Kelapangan Hati

Kisah ini diambil dari salah satu dongeng 1001 malam, dan mungkin kisah ini cukup familiar di kalangan penikmat cerita yang dilegendai oleh ratu Razade. Sebelumnya, bagi yang sudah mengetahui kisah ini mohon ma’af jika ceritanya sedikit berbeda. Karena di sini saya tidak memfokuskan pada jalan ceritanya, melainkan lebih pada hikmah yang bisa dipetik. Kurang lebih, seperti ini kisahnya…….

Tersebutlah si Fulan yang memiliki keluarga dengan dilengkapi istri dan juga anaknya -dalam kisah ini saya sebutkan jumlah anaknya dua orang, karena lagi booming program KB-. Si Fulan memiliki rumah yang tak besar, bahkan lebih tepatnya kecil. Terlalu kecil jika harus ditempati oleh empat orang anggota keluarga. 
Karena ukuran rumah yang tak cukup untuk ditinggali oleh keluarga kecilnya. Diapun mengeluh dan menceritakan kerisauan hatinya kepada Abu Nawas. Dengan niat untuk meminta pendapat dari Abu Nawas. Setelah mendengar cerita panjang lebar dari si Fulan, Abu Nawas menyarankan agar dia membeli seekor kambing dan ditempatkan dirumahnya. Tanpa banyak bertanya si Fulanpun bersedia mengikuti saran dari Abu Nawas tadi. Mereka berdua berpisah, Tak lupa Abu Nawas menyuruh si Fulan untuk mendatanginya seminggu kemudian.  

Setelah tujuh hari berlalu, si Fulan kembali menceritakan keadaan rumahnya yang masih terasa sempit dan sumpek. Abu Nawas menyuruhnya untuk menambah seekor keledai dan menempatkannya bersama si Fulan. Tanpa ragu-ragu si Fulan menuruti perintah itu.

Selang beberapa hari, si Fulan kembali mendatangi Abu Nawas dengan maksud yang sama. Abu Nawas memerintahkannya untuk menambahkan dirumah si Fulan seekor kuda. Dan diapun menyanggupinya.
Seminggu kemudian si Fulan mendatangi Abu Nawas, yang dirasanya semakin tak mengerti dengan saran-saran itu, justru sekarang rumahnya malah semakin sempit sempit karena dihuni oleh empat orang manusia dan tiga ekor hewan. Abu Nawas memerintahkan si Fulan untuk menjual kambingnya terlebih dahulu. Dan masih seperti sebelumnya, si Fulan menyetujui pendapat Abu Nawas.

Setelah kambing terjual, gantian Abu Nawas yang mendatangi si Fulan. Dan dia menanyakan tentang bagaimana keadaan rumahnya. Si Fulan menceritakan bahwa sekarang rumahnya agak longgar, karena rumahnya hanya dihuni oleh empat orang dan dua hewan. Setelah berbicara ini itu, Abu Nawas berpamitan untuk pulang. Dan sebelum pulang, dia menyuruh si Fulan untuk menjual keledainya.

Beberapa hari berlalu, Abu Nawas mendatangi lagi si Fulan. Dan bertanya seperti sebelumnya. Si Fulan menceritakan keadaan rumahnya yang terasa semakin luas karena tidak ada keledai. Abu Nawas menyuruhnya untuk kembali menjual hewan paliharaan si Fulan yang terakhir yaitu kuda. 

Untuk yang terakhir kalinya Abu Nawas mendatangi si Fulan, dan dia bertanya tak berbeda dengan pertanyaan sebelumnya. Dengan hati yang Nampak senang si Fulan menceritakan keaadaan rumahnya yang sekarang telah terasa luas sekali.

hikmah yang dapat diambil dari kisah di atas adalah, belajar berlapang diri dan melapangkan hati dengan terlebih dahulu merasakan kesempitannya. Karena tak akan merasa lapang jika belum pernah merasa sempit. Tak kan merasa kaya bila tak pernah miskin. Kita tak kan pernah merasa hangat bila tak merasa dingin sebelumnya. Kita tak kan bisa merasakan nikmatnya makan jika tidak merasa lapar terlebih dahulu. Kita tak kan pernah merasakan bahagianya ada dalam kesehatan jika tidak pernah merasa sakit.

Dunia memiliki dua sisi berbeda namun merupakan pasangan. Dan agar bisa merasakan indahnya salah satu dari keduanya, maka tak cukup dengan hanya mencicipi salah satunya.

Share

1 komentar:

Anonim mengatakan...

lumayan hade posting na,, tpi ada beberapa bagian yang harus di komnetari.
merujuk pada pengalaman saya sebelumnya, bahwasannya bahasa yang digunakan oleh sodara fahmi tidak ilmiah,,
terima kasih

About Me

Foto Saya
Fahmi Faneja
Fundamental, Sosialis, Sekuler dan Liberal....
Lihat profil lengkapku
FAHMI FANEJA. Diberdayakan oleh Blogger.

Pengikut