Kamis, 02 Juni 2011

postheadericon Interelasi manusia dan lingkungan dalam islam

Pameungpeuk
PENDAHULUAN

Manusia dan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan, karena manusia hidup dalam lingkungan dan lingkungan dihidupkan oleh manusia, maka diperlukan adanya harmonisasi di antara keduanya. Oleh karena itu manusia sebagai pemakmur bumi diwajibkan untuk mengolahnya sebagaimana mestinya. Manusialah yang diberi wewenang untuk menjadikan bumi ini seperti yang diinginkannya dengan tanpa merusaknya sedikitpun.
Namun realita berbicara lain, justru yang terjadi sekarang adalah eksploitasi terhadap alam yang marajalela di mana-mana. Ini merupakan akibat dari adanya kemajuan di bidang sains di eropa yang pada awalnya menginginkan eksploitasi terhadap manusia namun berlanjut dengan eksploitasi terhadap alam. Keserakahan manusia memang kerap membawa petaka, dan yang lebih parahnya lagi hal ini tidak hanya dirasakan oleh mereka yang berulah, tapi kepada semua pihak yang sama sekali tidak mencicipi buah dari eksploitasi itu.
Keadaan ini sangat kontradiktif dengan pandangan islam terhadap lingkungan. Islam sangat mengapresiasi lingkungan, baik itu bangunan, tumbuhan, penduduk  dan segala sesuatu yang ada pada setiap populasi.
                Hubungan yang harmonis dengan alam perlu dijaga oleh setiap individu. Karena meskipun begitu adanya, namun sesungguhnya alam merespon dengan apa yang manusia perbuat terhadapnya. Dan bila dia merasa jenuh dengan perbuatan manusia, maka persahabatan antara manusia dengan alam tidak akan berlangsung lama lagi.

A.                  Islam Memandang Manusia

Manusia merupakan makhluk tuhan yang paling istimewa, baik ditinjau dari sisi bentuk maupun kemampuan yang dimilikinya dibandingkan dengan makhluk tuhan yang lainnya. Cara penyebutan manusia dalam al-quran tidak hanya satu kata, dan kesemuanya itu memuat pesan-pesan khusus yang berbeda dari pengertian lain. Seperti al-quran menyebut manusia dengan lapadz al-basyar, an-naas dan al-insan.[i]
Dalam proses penciptaan manusia, sebelum ilmu kedoktoran berkembang, al-quran telah mengungkapkan sisi jasad manusia dengan begitu jelas dan gamblang       (al-muminun:12-14). Dari unsur jasad manusia memiliki bentuk yang paling sempurna      (at-tin:4). Bahkan, al-quran telah menjelaskan proses terjadinya manusia secara runtut mulai dari masa yang belum dapat disebut. Artinya, tidak ada satupun kejadian yang di luar rencana dan perhitungan allah. Lebih spesifiknya manusia diciptakan bukan secara main-main, namun benar-benar sudah dipersiapkan allah untuk menjadi kholifah di muka bumi (al-baqaroh:30) dengan bekal berbagai macam potensi yang dimilikinya.[ii]
Manusia diciptakan dengan memikul beban yang berat, ya’ni sebagai kholifah dan pemimpin. Apakah pemimpin bagi yang lainnya ataupun pemimpin bagi dirinya sendiri. Hal ini sebagaimana yang dikatakan Rasulullah Muhammad:

“setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan diminta pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya itu”

 Di samping itu juga manusia merupakan hamba allah yang diberi kewajiban untuk menyembahnya (adz-dzariyat:56).
Meskipun demikian adanya, manusia tetaplah manusia yang tak pernah lepas dari kesalahan. Namun bukan berarti manusia harus terus berada dalam kesalahan, tapi harus disertai dengan kesadaran dan tak diulanginya lagi. Atau dengan kata lain bertobat.

”setiap anak adam salah, dan sebaik kesalahan adalah terus bertobat”

                Begitulah manusia dalam perspektif satu-satunya agama yang diridhai allah tersebut, dengan referensi dari dua pusaka warisan nabi yang bila kita berpegang pada keduanya maka kita tidak akan tersesat. Dalam perspektif al-quran Manusia adalah makhluk yang diberi tugas dengan segala kekurangan dan kelebihannya.

B.                  Lingkungan Dalam Kaca Mata Islam

Islam sangat mengapresiasi sekali terhadap lingkungan. Karena lingkungan mempunyai peran yang signifikan kepada manusia. Dan manusia dituntut untuk melestarikannya. Dalam sabda nabi saw.:


“berhati-hatilah terhadap dua perkara yang menyebabkan la’nat, yaitu orang yang berak di jalan umum dan di tempat berteduh”

Dan dalam sabdanya yang lain

tempat air. Dan lapadznya:takutlah dari la’nat yang tiga: berak di tempat air, jalan raya dan tempat berteduh

Inilah salah satu bukti yang menunjukan islam sangat menghormati lingkungan. Karena jika seseorang melakukan perbuatan dosa, dan itu berhubungan dengan dosa social, maka ini akan berakibat patal bagi si pendosa. Masih banyak perkataan nabi yang sangat menghargai lingkungan, di antaranya amanatnya kepada mujahidin yang hendak berperang supaya jangan menghancurkan rumah penduduk, tumbuh-tumbuhan dan tempat beribadah.
Ini sudah cukup untuk menyatakan betapa islam sangat menjaga lingkungan, meskipun bangunan yang dimaksud di atas adalah tempat ibadahnya orang-orang non muslim.

C.                  Hubungan Manusia dan Lingkungan

Lingkungan merupakan tempat untuk manusia hidup, di sanalah manusia menjalani hidupnya. Di alamnyalah manusia mencari makan untuk mempertahankan eksistensinya sebagai pemakmur bumi, di tempat itu pula manusia mendapatkan haknya dan memenuhi kewajibannya sebagai hamba allah.
Lingkungan banyak memberikan pengaruh terhadap manusia, seperti yang dikatakan oleh Montesquieu dalam tulisannya  De l’esprit des lois (1748) yang menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi manusia dalam berprilaku adalah lingkungan geografi, cuaca, jiwa, tradisi dan sebagainya.[iii]
Namun jauh sebelum itu, Rasulullah Muhammad telah menjelaskan faktor yang mempengaruhi prilaku manusia dalam sebuah haditsnya:


“setiap yang dilahirkan adalah suci, maka nenek moyangnyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani dan Majusyi”

Dalam ilmu balaghah, bisa jadi yang disebut penduduk tapi yang dimaksud tempatnya, ataupun sebaliknya. Disebut tempat padahal yang dimaksud penduduknya. Bila kita lihat hadits di atas, berarti prilaku individu dipengaruhi oleh masyarakat dan lingkungannya, terlepas dari apakah individu itu menyesuaikan dengan adat masyarakat dan lingkungannya atau menolak kebiasan di sekitarnya.
Hadits di atas ini cukup memberikan penjelasan bahwa antara manusia dan lingkungan tak bisa dibedakan dan tak dapat dipisahkan. Oleh karenanya setiap manusia harus menjaga lingkungan tempat dimana mereka hidup.

D.                  Problematika antara Manusia dan Lingkungan

Manusia sebagai makhluk yang diberi otoritas untuk mengolah bumi, harusnya mempunyai hubungan yang harmonis dengan alam. Bukan malah sebaliknya, eksploitasi tak lagi kepada manusia lainnya, tapi kepada alam yang memfasilitasi mereka untuk hidup.
Meskipun Nampak diam, namun siapa yang tahu bila alam ini hidup dan berdialog dengan bahasanya sendiri yang tidak didengar dan dimengerti manusia. Siapa sangka dalam setiap tiupan angin itu mengandung tasbih kepada tuhannya. Siapa kira di setiap lambaian daun merupakan  dedikasi dan loyalitasnya kepada tuhannya. Siapa yang tahu di setiap riak ombak merupakan takbir kepada tuhannya.
Menurut sebuah penelitian yang di lakukan oleh Masaru Emoto, bahwasannya air merespon dengan apa yang menstimulasinya. Dalam penelitiannya itu, Masaru Emoto mencoba menstimulasi air dengan tulisan “cinta dan terimakasih” dan yang tampak dari Kristal air adalah membentuk bintang persegi enam yang indah. Dan dalam eksperimen lainnya dia mencoba memberi tulisan “aku benci kamu” hingga Nampak Kristal itu seperti ketakutan dan penuh kekhawatiran.
Dengan demikian, maka sesungguhnya apa yang ada di bumi ini merespon setiap apa yang menjadi rangsangan terhadapnya. Sekalipun itu benda yang namapk mati.
Bila demikian adanya, mungkinkah bencana yang terjadi akhir-akhir ini merupakan kemarahan alam kepada manusia yang banyak merugikan alam. Sehingga alampun tidak mau lagi bersahabat dengan manusia, dan segala macam hukum alam akan menjadi sesuatu yang tak diinginkan manusia. Hujan yang turun, maka banjir yang melanda. Bila kemarau datang, kebakaran akan siap membumihanguskan alam. Rahmat tuhan berubah menjadi adzab, dikarenakan manusia banyak kuffur terhadap ni’matnya hingga akhirnya tuhan mengirimkan tegurannya melalui bencana. Padahal bila manusia mensyukuri setiap ni’mat-Nya maka tuhanpun akan lebih murah lagi padanya (Ibrahim:7).
Tak ada kejadian buruk yang berasal dari allah, segala sesuatu yang baiklah yang datang dari allah (an-nisa:79). Padahal dalam firmannya allah telah berjanji, jika saja penduduk suatu negeri melakukan apa yang allah inginkan ya’ni beriman dan bertakwa padanya, maka allah pun akan memberikan berkahnya yang berasal dari segala penjuru. Langit dan bumi akan menurunkan berkah untuk penduduk yang beriman dan bertakwa (al-a’raf:96).
PENUTUP

A.                  Kesimpulan
Manusia dan lingkungan merupakan dua unsur  yang diintegrasikan dalam kehidupan. Dan keduanya tak bisa dipisahkan.
B.                  Penutup
Setelah saya mencoba menulusuri manusia dan lingkungan lewat makalah sederhana ini, maka saya menyarankan:
1.       Agar manusia lebih banyak mensyukuri ni’mat allah yang diberikan kepadanya.
2.       Supaya setiap individu menjaga kelestarian alam disekitarnya.



[i] DR. Aisyah Bintu Syati. Manusia dalam Perepektif  Al-quran. Cet I
[ii] Shidiq Aminullah. Jiwa Tanpa Topeng Kepalsuan. Cet I
[iii] Prof. dr. Wardi Bachtiar. Sosiologi Klasik. Cet I
Share

0 komentar:

About Me

Foto Saya
Fahmi Faneja
Fundamental, Sosialis, Sekuler dan Liberal....
Lihat profil lengkapku
FAHMI FANEJA. Diberdayakan oleh Blogger.

Pengikut